Dakwah Kepada Allah yang Sebenarnya
DAKWAH KEPADA ALLAH YANG SEBENARNYA
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidhahullah
Pertanyaan.
Di masa sekarang, banyak sekali orang-orang yang mengaku berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang menuntut pengetahuan tentang Islam yang benar-benar mengarahkan umat dan para pemuda menuju manhaj yang benar dan lurus. Siapakah para ulama yang Anda sarankan kepada para pemuda untuk belajar dari mereka, mengikuti pelajaran kaset-kaset rekaman mereka, mengambil ilmu dari mereka, dan kembali kepada mereka dalam berbagai kondisi dan saat terjadi fitnah?
Jawaban.
Berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu keharusan bagi umat Islam, dan sesungguhnya agama berdiri di atas dakwah dan jihad dengan ilmu yang bermanfaat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala.
وَالْعَصْرِۙ – اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ – اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [al ‘Ashr/103:1-3]
Iman adalah mengetahui Allah subhanahu wa ta’ala, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, beribadah kepada-Nya, dan amal shalih merupakan cabang (bagian) dari ilmu yang bermanfaat, karena amal harus berdasarkan ilmu, dan berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, amar ma’ruf, saling memberi nasehat di antara kaum muslimin merupakan suatu keharusan. Namun tidak semua orang bisa melaksanakan tugas ini. Perkara ini (berdakwah) tidak bisa dilaksanakan kecuali oleh ahlul ilmu (ulama) dan yang mempunyai pemikiran yang matang. Karena dakwah adalah perkara berat yang sangat penting, tidak bisa melaksanakannya kecuali orang yang punya kemampuan. Dan termasuk musibah di masa sekarang bahwa pintu dakwah menjadi pintu yang luas, setiap orang bisa masuk dan dinamakan dakwah.
Padahal bisa jadi ia seorang yang jahil tidak bisa berdakwah. Akibatnya ia merusak yang sudah baik, karena terlalu bersemangat dan ingin cepat berhasil. Dampak tindakannya adalah munculnya keburukan melebihi yang dia tangani dan yang ingin dia perbaiki. Terkadang ada orang yang mengatas namakan dakwah justru punya keinginan tertentu untuk mencemarkan dakwah dan mengacaukan pemikiran pemuda dengan nama agama dan cemburu terhadap agama. Padahal dia menginginkan sebaliknya seperti penyimpangan pemuda dan menjauhkan mereka dari masyarakat, pemerintah dan para ulama. Ia datang mendatangi mereka dengan cara nasehat dan dakwah secara lahir –seperti kondisi orang-orang munafik dalam umat ini yang menginginkan keburukan dalam bentuk kebaikan untuk manusia-.
Saya berikan contoh : Para pendiri masjid dhirar, mereka membangun masjid dalam bentuknya dan nampaknya merupakan amal shalih. Mereka meminta kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam agar shalat di dalamnya supaya manusia ingin shalat didalamnya. Namun Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui niat para pendirinya bahwa mereka ingin mengacaukan kaum muslimin dan menghancurkan masjid Quba` yang merupakan masjid pertama yang dibangun di atas taqwa. Mereka ingin memecah belah persatuan (jama’ah) kaum muslimin. Maka Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan tipu daya mereka kepada Rasul-Nya dan menurunkan firman-Nya:
وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ – لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang. orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah:”Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. [at-Taubah/9:107-108]
Sudah jelas bagi kita dari cerita yang agung ini bahwa tidak setiap orang yang menampakkan diri berbuat baik dan beramal shalih adalah benar dalam perbuatannya. Terkadang ada niat yang lain di balik perbuatannya. Maka orang-orang yang mengatasnamakan dakwah pada masa sekarang, di antara mereka ada yang menyesatkan, menyimpangkan pemikiran para pemuda, memalingkan manusia dari agama yang benar, memecah belah kaum muslimin dan menimbulkan kekacauan, dan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan peringatan kepada kita dari mereka:
لَوْ خَرَجُوْا فِيْكُمْ مَّا زَادُوْكُمْ اِلَّا خَبَالًا وَّلَاَوْضَعُوْا خِلٰلَكُمْ يَبْغُوْنَكُمُ الْفِتْنَةَۚ وَفِيْكُمْ سَمّٰعُوْنَ لَهُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالظّٰلِمِيْنَ
Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui orang-orang yang zalim. [at-Taubah/9:47]
Standardnya bukanlah nama atau penampilan lahiriyah, namun standarnya adalah hakikat dan hasilnya, dan orang-orang yang mengatasnamakan dakwah harus dilihat pada mereka: di mana mereka belajar? Dari mana mereka mengambil ilmu? Di mana mereka tumbuh? Apa aqidahnya? Dan engkau melihat amal perbuatan mereka dan pengaruh mereka di tengah masyarakat, kebaikan apakah yang telah mereka lakukan? Perbaikan apakah yang nampak dari perbuatan mereka? Maka harus dipelajari kondisi mereka sebelum tertipu dengan ucapan dan penampilan mereka. Ini adalah perkara yang sudah menjadi keharusan, terutama di masa sekarang yang banyak sekali du’at fitnah, dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan bahwa du’at fitnah adalah:
قال رسول الله : (قَوْمٌ مِنْ بَنِي جَلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا)
“Satu kaum dari golongan (suku, kelompok) kita dan berbicara dengan bahasa kita.”
Dan tatkala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang para du’at fitnah (penyeru kekacauan, kesesatan), beliau bersabda:
قال رسول الله : (دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ, مَنْ أَطَاعَهُمْ قَذَفُوْهُ فِيْهَا)
“Para penyeru menuju pintu neraka jahanam, barangsiapa yang taat kepada mereka niscaya mereka menjerumuskannya di dalamnya.”[1]
Beliau menamakan mereka du’at. Maka kita harus sadar dalam hal ini. Janganlah kita berkumpul dalam dakwah kepada semua orang dan setiap orang yang berkata: aku berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan ini adalah jama’ah yang berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Harus dilihat realitanya. Harus diperhatikan realita individu dan kelompok. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mengaitkan dakwah dengan dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Katakanlah:”Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [Yusuf/12:108]
Hal itu menunjukan bahwa ada orang-orang yang berdakwah (mengajak) kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, dan Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang kafir mengajak ke neraka, Dia berfirman:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang-orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah subhanahu wa ta’ala mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. [al-Baqarah/2:221]
Para du’at harus melihat perkara mereka. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata tentang ayat ini:
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Katakanlah:”Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [Yusuf/12:108]
Padanya merupakan peringatan untuk ikhlas, karena banyak orang yang jikalau berdakwah kepada kebenaran, maka ia berdakwah untuk dirinya sendiri.[2]
Syaikh Shalih al-Fauzan – Hiwar ma’a ‘alim (diskusi bersama ulama) hal 22-25. dikumpulkan dan disusun oleh Umar Abdurrahman al-Umar.
[Disalin dari الدعاة إلى الله حقًّا Penulis : Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah, Penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2010 – 1431]
_____
Footnote
[1] Al-Bukhari 3606, 7084 Muslim 1847
[2] Kitab Tauhid hal 21 dengan sedikit perbedaan.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/56094-dakwah-kepada-allah-yang-sebenarnya.html